Tenun Troso
Sebenarnya Tenun
Troso adalah teknik tenun gedog dan kemudian dalam kurun waktu yang cukup
panjang, berkembang menjadi tenun ikat. Masyarakat Kabupaten Jepara dan
sekitarnya lebih mengenal dengan sebutan “Tenun Troso”.
Nama Troso merujuk
pada nama desa tempat puluhan pengrajin tenun memproduksi kain ini, sudah
puluhan tahun, pengrajin eksis berbisnis tenun. Produksinya juga sangat
beragam, mulai dari bahan untuk kemeja, gaun, hingga aksesori rumah, seperti
gorden, alas meja, hingga seprai, jaraknya sekitar 12 km arah tenggara dari
ibukota Jepara.
Kain tenun Troso (http://ngeling.kknppmunnes14.com)
Sejarah
Kapan tepatnya
dimulai industri tenun di Desa Troso ini tidak dapat diperoleh data secara
tepat. Menurut masyarakat setempat kain tenun di Desa Troso dimulai pada masa
masuknya agama islam di Desa Troso yaitu pada masa kerajaan Mataram Islam
sekitar tahun 1800 M. Pada awalnya kain tenun ini tercipta dibuat sebagai
pelengkap kebutuhan sandang, dimana dibuat pertama kali oleh Mbah Senu dan Nyi
Senu yang mana pada saat itu kain dipakai pertama kali untuk menemui Ulama
besar yang disegani yaitu Mbah Datuk Gunardi Singorojo yang sedang menyebarkan
agama Islam di Desa Troso.
Kain tenun Troso
Motif
Terdapat 2 (dua)
motif tenun hasil karya cipta komunitas Desa Troso, yaitu :
- Motif Cemara
(pohon cemara)
- Motif Lompong
(daun Tales)
Tenun motif cemara
dan lompong adalah jenis motif yang ditorehkan pada kain sarung. dikenal oleh
khalayak ramai. Namun seiring dengan perjalanan waktu, motif tenun cemara dan
lompong sudah jarang dibuat oleh pengrajin, yang dikarenakan tidak adanya
permintaan pasar. Padahal kala itu kain tenun yang bermotifkan lompong dan
cemara pernah mengalami jaman keemasan. Namun jaman keemasan tersebut telah
sirna ditelan waktu yang disebabkan oleh beberapa persoalan yang sangat
komplek, diantaranya sulitnya mendapatkan bahan baku dengan jumlah banyak dan
yang konsisten. Suhu Politik saat itu kurang kondusif yang dikarenakan
terjadinya perang saudara (tragedi G 30 S/ PKI).
Kain tenun Troso
Ragam motif kain
tenun Troso Jepara ini selalu mengalami perubahan. Hal tersebut terjadi karena
para perajin tenun Troso Jepara Lebih mementingkan aspek dagang daripada aspek
budaya. Pada awal munculnya motif kain tenun Troso pertama kali adalah selain
motif cemara dan lompong, motif Lurik yang hias nya berupa garis-garis dan
polos. Namun belakangan para perajin dan pengusaha tenun membuat motif tenun
sesuai permintaan pesanan.
Bahkan, sejak
beberapa tahun lalu dikembangkan pula tenun dengan bahan serat nanas.
Tampilkainnya begitu eksotis sehingga para penggemar tenun tidak sayang untuk
merogoh kocek lebih banyak demi mendapatkan kain serat nanas.
Warna
Dominasi warna-warna pada kain tenun Troso ini adalah warna-warna
klasik dan gelap seperti coklat muda atau coklat tua, biru tua.
Proses Pembuatan
1. Pengetengan
Pengetengan
Tahap ini adalah
tahap awal dalam proses produksi kain tenun Troso Jepara, pada tahap ini
dilakukan pengeraian benang dari kelos-kelos aslinya. Pekerjaan ini disebut
ngeteng.
2. Pembuatan Pola
Setelah proses pengetengan, benang yang masih dalam bentuk
gulungan diurai dalam bingkai kayu (plankan). Plankan tersebut di beri gambar
sesuai dengan motif yang diinginkan.
3. Pengikatan benang
Pada tahap ini, perajin biasanya mengikatnya dengan menggunakan
tali raffia.
4. Pencelupan Warna
(nyelup)
Setelah benang diikat, tahap selanjutnya adalah tahap pencelupan
warna pada benang katun.
5. Penjemuran
Setelah benang diwarnai kemudian dilakukan tahap penjemuran di
bawah sinar matahari.
6. Mbatil
Mbatil adalah tahap membuka atau melepas ikatan pada benang
setelah benang dijemur dan dikeringkan.
7. Malet
Malet
Malet adalah tahap kegiatan menggulung kembali benang-benang
sehabis diwarna, dijemur, dan di batil dalam kletek yang akan disekir.
8. Nyekir
Nyekir
Nyekir adalah
proses yang sama seperti menyiapkan pola yang akan ditenun nantinya.
9. Menenun
Menenun
Menenun adalah
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan kegiatan lanjutan dari tahap
kegiatan sebelumnya, tahap ini merupakan tahap terakhir dari keseluruhan
tahapan yang begitu panjang. Menenun prinsipnya menyatukan benang yang membujur
disebut lungsi, dengan benang yang melintang yang disebut pakan.
Pemasaran
Keinginan
Pemerintah Daerah Jepara untuk mengedepankan kerajinannya selain meubel ukir,
diantaranya adalah tenun troso. Salah satu upaya Pemerintah Daerah adalah
membantu penyerapan pasar hasil kerajinan tenun troso yang berupa kewajiban
kepada jajaran Pemerintah Daerah untuk menggunakan pakaian seragam tenun ikat
yang dibuat oleh pengrajin Desa Troso.
Seragam tersebut
wajib dikenakan pada hari yang telah ditentukan pula. Kewajiban tersebut adalah
bentuk keseriusan Pemerintah Daerah Jepara dalam melestarikan dan melindungi
asset kekayaan budaya daerah yang berupa pengetahuan tradisional dan upaya
Pemerintah Daerah Jepara dalam mewujudkan keinginannya untuk menggali potensi
daerah serta mengedepankan industri kerajinan selain meubel ukir, untuk dijadikan
produk unggulan daerah Kabupaten Jepara. Dengan kewajiban memakai tenun ikat
untuk kalangan pegawai Pemerintah Daerah tersebut, pengrajin mulai bergairah
kembali untuk membuat (produksi) tenun ikat yang selama beberapa kurun waktu
ini mengalami kelesuan pasar.
Produk tenun ikat
yang banyak diproduksi oleh pengrajin adalah kain jok meubel, gorden, pakaian
seragam & pakaian adat Kabupaten Jepara serta beberapa jenis motif kain
tenun ikat yang bermotifkan etnik dari daerah lain di Indonesia seperti motif tenun
dari daerah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Bali dan
sebagainya, karena motif dari daerah yang telah disebutkan diatas, pasarnya
masih terbuka luas.
sumber
: http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2015/04/tenun-troso-tenun-jepara-jawa-tengah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar